
Angin segar sudah mulai dihembuskan. Tim manajemen Persib di bawah manajer Umuh Muhtar menyatakan siap melakukan perubahan besar-besaran di dalam tubuh tim, jika seandainya Persib tidak mengalami kemajuan sampai putaran pertama selesai.
Hal itu mau tak mau harus dilakukan oleh Umuh yang juga bertindak sebagai direktur PT Persib bandung Bermartabat (PT PBB). Berbagai desakan sudah beliau dapatkan, antara lain dari Konsorsium yang ikut mendanai ongkos awal perjalanan Persib di musim 2009/2010 ini dan tentu saja bobotoh yang gerah melihat pencapaian Persib sampai saat ini.
Jika tim Persib Bandung akan berbenah, bagaimana dengan bobotoh sendiri. Apakah siap juga berbenah?
Haruskah Bobotoh Memperbaiki Diri?
Tentu saja. Ada dua fakta yang mendorong mengapa (sebagian) bobotoh harus berbenah dan memperbaiki diri. Pertama adalah Surat Keputusan PT Liga Indonesia (PT LI) bernomor 1048/A-09/BLI-3.1/XI/2009, tertanggal 25 November 2009 yang berisi tentang keharusan adanya perbaikan penyelenggaraan pertandingan Persib Bandung.
Baca: Peringatan Bagi Bobotoh
Hal yang disorot PT LI adalah penyalaan mercon di dalam stadion dan bahkan membahayakan kedua tim, tidak adanya pemeriksaan barang secara ketat di pintu masuk stadion sebagai filter, sehingga barang-barang berbahaya seperti kembang api, mercon, atau botol tersebut masih bisa masuk ke stadion, area ruang ganti pemain kubu Persib tidak steril, dan masih ada beberapa spanduk yang terpasang di tribun timur.
Surat tersebut juga berisi ancaman sanksi yang cukup berat berupa denda atau pertandingan tanpa penonton jika peringatan tersebut tidak digubris.
Fakta kedua adalah pelarangan pertandingan antara Persib vs Persija di stadion Si Jalak Harupat (SJH), Soreang, oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung sebagai pemilik stadion.
Baca: Laga tanggal 9 Tidak di Jalak
Yang menjadi alasan Pemkab Bandung adalah ulah sebagian bobotoh pasca Persib berkandang di SJH. Kelakuan dan perilaku sebagian bobotoh banyak meresahkan masyarakat di seputar jalan-jalan yang dilalui oleh penonton khususnya pada saat pulang.
Banyak pengemudi kendaraan mengeluhkan perilaku mereka di jalan. Bahkan sebagian masyarakat “memasang badan”, berjaga-jaga di pinggir jalan dengan maksud untuk mempertahankan daerahnya dari tindakan-tindakan anarkis penonton Persib. Dan pengelola SJH sendiri mengeluhkan rusaknya gerbang stadion karena pada saat pertandingan melawan Pelita Jaya.
Kedua fakta tersebut sangat jelas bermuara pada satu hal, kelakuan sebagian bobotoh. Kelakuan mereka tidak dapat dipungkiri malah merugikan tim Persib sendiri.
Kita tentu ingat apa yang menimpa panpel Arema tempo hari. Ulah sebagian supporter mereka pada saat pertandingan Arema menjamu Persipura berbuntut hukuman pertandingan tanpa penonton. Konon, panpel Arema kehilangan pendapatan sekitar 700 juta rupiah.
Jika kita samakan kondisi ini dengan panpel Persib, dan pertandingan Persib vs Persija minimal tidak dapat ditonton oleh bobotoh, maka panpel Persib juga berpotensi merugi sekitar 700 juta. Dan pelarangan ini masih bisa diberlakukan di pertandingan lainnya.
Jangan lupa juga, hukuman dari komdis masih menunggu. Jika bobotoh kembali berulah di pertandingan kandang Persib (termasuk melawan Persija jika diperbolehkan), maka kerugian tetap akan kembali diraup oleh panpel Persib.
Bobotoh semua boleh saja menafikan artikel ini atau menyebut ini hanya rekayasa, dsb. Namun Anda harus ingat, ini realitas yang sedang dihadapi oleh Persib. Persib sekarang sudah tidak “menyusui” lagi dana pemerintah, sehingga pemasukan dari tiket kandang sangat berharga bagi Persib. Dan sekali lagi, potensi dana Persib sangat bergantung pada kelakuan bobotoh baik di dalam maupun di luar stadion.
Diam-diam, Persib Bandung tidak “dibunuh” oleh tim lain, atau pendukung tim lain, tapi Persib “dibunuh” oleh ulah sebagian bobotohnya.
Jika bobotoh menginginkan perubahan dalam tim Persib, mengapa bobotoh tidak menginginkan perubahan dalam dirinya sendiri?
0 komentar:
Posting Komentar